Selasa, 17 Januari 2012

"Keindahan" Bencana

"Siapa saja yang bisa melihat bimbingan baik dalam kedamaian maupun dalam bencana, suatu hari akan mengerti maksud lirik lagu "mawar melati semuanya indah"


Bencana, bencana, bencana, bencana, mungkin itu kabut-kabut kehidupan yang berganti menyelimuti Indonesia beberapa tahun terakhir. Ntah tahun 2012 ini!
Belum sepenuhnya pulih dari banjir dahsyat di beberapa kota, tiba-tiba gempa di aceh.
Bencana sepertinya tidak bosan-bosan menggoda jiwa Indonesia. Seorang sahabat asli jawa berulang-ulang menyebut kata miris. Seorang psikiater mengutip sebutan tua tentang zaman edan. Tatkala seorang mahasiswa membakar diri dan sejumlah putra-putrinya karena terhimpit kesulitan kehidupan. Salah satu penulis luar, bahkan memberi judul menyentuh di International Herald Tribune, Indonesia; Mass murder of natural disaster, terutama setelah menghitung ratusan yang melayang akibat bencana korupsi.



Berduka, bersedih, tersentuh oleh penderitaan sesama tentu salah satu tanda penderitaan jiwa. Di timur telah lama di ajarkan, untuk memasuki wilayah-wilayah kesucian bahkan menginjak rumput pun dilarang. Terutama karena setiap rasa sakit yang kita timpahkan ke ciptaan lain, akan kembali menyakiti diri ini sehinggah sungguh layak disyukuri kalau Indonesia masih memiliki demikian banyak hati yang punya empati.


Kedamaian memperkuat seperti air yang bertemu kerongkongan dahaga, bencana memperkuat seperti amplas keras dan kasar yang membuat berlian tambah bersinar.


CAHAYA BENCANA

Dengan tetap menghormati banyak hati, yang punya empati, banyak guru setuju kalau jalan-jalan keindahan apalagi kesucian tidak ada yang sepenuhnya lurus dan mulus. Semakin indah sebuah tujuan, semakin berat jalan-jalan yang harus dilalui. Bila ini cara memandangnya, mungkin Indonesia bisa menarik nafas dalam-dalam sebentar. Menghimpun energi untuk melewati banyak tanjakan serta kelokan didepan yang masih banyak menghadang.

Dalam jeda jiwa seperti ini, bisa jadi berguna kalau merenung sebentar tentang cahaya-cahaya bencana. Bagi banyak jiwa, bencana identik dengan kematian, duka cita. Tentu saja ini sangat manusiawi.

Sedikit jiwa yang mau menggali lebih dalam kalau dibalik bencana, ada sejumlah langit kehidupan yang tersingkap rahasianya, kesedihan adalah masukan berguna tentang keinginan yang demikian mencengkram. Semakin mencengkram keinginan, semakin menakutkan wajah bencana. Ada keinginan agar kehidupan hanya berwajah damai, keluarga yang hanya boleh bahagia, perpisahan yang identik dengan hukuman, kemiskinan sama dengan kutukan.

Dan melalui entakan-enatakan bencana, manusia sedang di ingatkan, seberapa kuat pun keinginan mencengkram, kehidupan tetap harus berputar. Bila saatnya matahari tenggelam, tenggelamlah ia. Ketika putaran bumi harus ditandai oleh gempa, gempa lah yang menjadi sahabat kehidupan. Bila kematian sudah waktunya berkunjung, berkunjunglah ia menjadi sahabat kehidupan. Makanya seorang ayah berpesan kepada putra-putrinya, kematian datang bukan karena penyakit, bukan karena dikerjain orang, bukan juga akibat bencana, kematian datang karena putaran waktunya sudah tiba. Penyakit-bencana hanyalah pintu-pintu pembuka.

Bila ini cara meneropongnya, tidak saja mulai longgar cengkaramannya, namun cahaya-cahaya juga terbuka. Ternyata bencana lebih dari hulunya kesedihan, katakutan dan kutukan, ia juga membukakan pengertian tentang wajah kehidupan yang lebih utuh.

Serupa dengan lagu anak-anak yang ku kutip dari Prama; katanya hidup serupa dengan mengurus taman. Kendati yang ditanam rumput jepang, ada rumput liar yang ikut tumbuh. 
Kendati sudah banyak berbuat baik, banyak berdoa, sering ketempat ibadah, bila saatnya bencana menggoda, ia tetap menggoda. Bila rumput jepang yang ditanam 100 meter. rumput liar hanya mengambil porsi sedikit. 
Demikian juga dengan kehidupan, sehat berumur bertahun-tahun tapi kerap lupa disyukuri. Sakit hanya segelintir haru sudah penuh dengan caci maki. Indonesia sudah berumur puluhan tahun, hanya segelintir hari yang di goda bencana.

Taman jadi indah karena penuh bunga dan warna. Kehidupan juga serupa. Kebahagiaan lebih indah kalau pernah melewati kesedihan. Kehidupan bermakna amat dalam karena ada kematian. Kesuksesan berakarkan rasa syukur yang mendalam, kalau pernah dibanting kegagalan.

Taman bertumbuh terus bila terus disirami, pertumbuhan jiwa juga sama. Tidak saja kebahagiaan yang menyirami kehidupan, kesedihan juga. Karena kesedihan adalah gurunya sikap rendah hati dan mawas diri. Tidak saja kedamaian yang memperkuat kehidupan, bencana juga memperkuatnya demikian. Kedamaian memperkuat seperti air yang bertemu kerongkongan dahaga, bencana memperkuat seperti ampelas keras dan kasar yang membuat berlian tambah bersinar. Sebagai catatan kontemplasi, jepang dan jerman yang kini menjadi salah satu pemimpin dunia, kalah perang yang sangat amat menyedihkan puluhan tahun lalu.

Dipuncak sebuah perjalanan ini, tersisa bait indah kehidupan; "mawar melati semuanya indah! Mawar yang berduri indah, melati yang wangi juga indah. Siapa saja yang bisa melihat keindahan dalams etiap unsur dualitas ( bahagia-bencana, untung -rugi, suci-kotor, dipuji-dicaci) dia berada didepan gerbang pencerahan, kemudian hatinya bernyanyi; "Semuanya indah"...!!!

Dalam bahasa keindahan sejumlah sahabat penyair, kuntungan adalah hasil pelajaran dari banyak kerugian, kekotoran adalah kesucian yang sedang siap-siap menunjukkan rahasianya, kekayaan adalah sisi lain dari kemiskinan dalam mata uang kehidupan. (maklum yang nulis orang ekonom),,,^_^

Pada jiwa yang sedang tumbuh, dualitas terus bergerak dari satu ujung dunia, ke ujung dunia lain. Habis bahagia derita,, setelah untung rugi, dan seterusnya. Dan lagu anak-anak ini mengajarkan, setelah semua segi kehidupan dicintai, disirami, diterima, kemudian dari dalam sini ada yang bernyanyi: "Semuanya indah..."!!

Ini mungkin yang menyebabkan Robert Fulghum pernah menulis "Apa yang perlu dipelajari tentang kehidupan, sudah selengkapnya diajarkan ditaman kanak-kanak". Sebuah masa dimana semuanya terasa indah. Guru Dzogchen Chogyal Namkai Norbu menyebutnya promordial state (titik awal sekaligus titik akhir perjalanan ke dalam). Cirinya sederhana, tidak ada hal positif yang perlu diterima, tidak ada hal negatif yang perlu ditolak.

Kalau kata Katon Bagaskara disebuah lagunya; "Segala yang kau inginkan, mampu engkau dapatkan, hidupmu adalah Pilihan"...!!!
Teringat seorang guru memberi nasehat sederhana dari sebuah huruf; Hidup berawal dari B=Born dan berakhir dengan D=Death. Antara B & D ada C=Choice. Jadi, hidup adalah pilihan.


*Penulis banyak belajar kehidupan dari orang bali, dengan ketekunannya...^_^
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Sekilas

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Mega Oc. - Saya Senang dengan anda mengklik informasi ini, berarti anda peduli dengan keberadaan blog ini, saya berharap ini bukan untuk pertama kalinya anda mengunjungi blog ini. Mudah-mudahan blog ini bermanfaat.

Sekilas Pesan

Belajar dan belajar sampai bodoh kembali. Tdk menginginkan org lain kecewa krn tingkah ku. Menabur kebaikan akan menuai berkah. Jadi tdk menabur angin agar tdk menuai badai.(' ',)