Senin, 16 Januari 2012

Inilah Hidupku (Part II)

Adik! Yah... Dia adik yang punya watak agak keras dan sangat manja. Aku menghadapinya penuh dengan mengalah. Aku menceritakan sebuah kisah padanya, tahukah engkau dik, aku adalah saudaramu yang jauh akan watak-watak kakakmu yang lain. Aku kuno, kampungan, taunya hanya belajar dan belajar, apa kah kau tak malu dengan teman-temanmu??? Hidup ku jauh berbeda dengan kalian! Pasca pisah orang tua kita, aku hidup di alam yang berbeda dan didikan keras. Aku harus menghadapi dan beradaptasi ibu baru. Kau tahu dik, kesenangan itu ada, tapi lebih banyak kesedihan yang ku alami. Delapan tahun tidak lah sebentar, bertemu cahaya itu aku seakan-akan baru kenalan dengannya.


Dengan lantang dia berbicara, "aku tak menginginkan kakak yang secerdas apapun, tapi aku menginginkan kakak yang dapat mengerti keluarga-keluarganya". Aku tak tahu aku merasa minder dalam dekapan dan kungkungan keluarg besar ini. Apakah ini aku betul yang dulu diperhatikan dan diberikan perhatian lebih dari keluarga harmonis??? Ntahlahh....
Seolah-olah kisah itu berubah begitu cepat, ibarat kebalikan dari sebuah zaman Nabi,"dari kebahagiaan menuju kesuraman". 

Dengan sebuah janji, aku akan menulis dengan seluruh ingatanku.

Dalam benak ku! Aku tak percaya semua ini...
Merasakan kepahitan sejak umur 10 tahun, kisah yang membuat dan maksaku dewasa. Yups! Kalau orang barat bilang DIVORCE atau BROKEN HOME. Saat itu hidupku yang tak terarah dan mengaturnya sendiri. Tuhan tidak adil, lantangku! Kenapa aku harus merasakan yang seperti di film sinetron, yang terkadang tidak masuk di akal ku. Tahun ini umur ku masuk 23 tahun, problema yang ku alami masih berimbas 10 tahun silam. Why...Why....Why.... sapaku!
Dengan sebuah buku dunia sophie di tangan menemani kesendirianku dalam kamar kecil, seraya berpikir; sangat susah mendirikan hidup "bahagia". Aaahhhh akankah aku akan di kalah dengan kisah sopie yang ditulis tokoh terkenal Jostein Gaarder??? Sangat tidak masuk akal! 
(Hp bunyi dengan sebuah sms yang bermakna perhatian, seorang dosen muda yang sangat ku banggakan. Tapi sebuah janji ku, bukan kisah ini yang akan ku ceritakan)....

Aku memikirkan hal ini sepanjang malam, berkali-kali aku ingin menceritakan hal ini kepada siapapun! Namun aku takut tawa orang-orang nantinya.
Esoknya aku masih memikirkan hal yang sama. Apakah mungkin bagiku untuk benar-benar berhenti memikirkan problema itu??? Aku tak bisa melihat celah atau lubang keluar dari problema yang ada. Seolah ceruk persegi empat di dinding tersebut benar-benar tertutup. Hanya sifat seorang perempuan, tangis... Yah tangis! Tapi masih terlintas seorang ibu berkata denganku, "kau tak layak menangis di timpa musibah".
Mungkinkah aku akan benar-benar menyerah??? Yah, tetapi semuanya berlangsung di luar kendaliku. Laksana suatu jiwa nan tersiksa, terlepas betapa aku telah menunggu, menjaga, atau mencari solusi keluar dari tembok berlin, semuanya itu sia-sia belaka.

Seorang gadis nan elok dan seorang lelaki yang tangguh, mereka adalah manusia yang membesarkanku, bermulai sejak umur 10 tahun silam! "Kau kebanggaan kami", kalimat sederhana penuh makna. Sempat ku berpikir dengan kalimat itu, apakah kalimat yang akan mengeluarkan ku dari problema dan menempuh kebahagiaan hidup yang ku inginkan????

Akankah ku gemporkan kisah ini ke penjuru dunia dengan meneriakkan, "kapan kebahagiaan menghampiriku". Aku merasa Tuhan tak adil dengan hidup ku! Laksana aku seorang Hamba yang tak lagi dapat kasih sayang Tuhan.
Aku terdiam bagai batu dan merasa bagaikan seseorang yang sedang bermimpi. Dalam ibadahku penuh harapan besar keceriaan itu.

Aku berharap cahaya itu akan selalu di hati mengerti dengan kisahku. Aku ingin mengatakan sesuatu melalui telpon dengannya, tetapi aku takut kedua telinganya yang telah terbiasa hedonistik dengan tiba-tiba mendengar problema besar dari seorang anak yang pernah jauh darinya.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, muncul perasaan tenang yang mendadak, karena kedua mata itu tertutup. Seakan luka membusuk yang selama ini telah menyiksaku, dan kengerian yang menekan sanubariku dengan cakar-cakarnya, telah agak berkurang (ibarat seseorang mendapat ilmu huduri dari Tuhan, aahh semoga ini tak ngaur karena kegalauanku). Aku mengambil kursiku, meletakkannya disebelah ranjang, dan kutatap wajahnya dengan sebuah foto. Sungguh wajah yang sabar dan tegar! Apa mungkin ciptaan Hamba ini, Manusia ini, atau malaikat penyiksa ini (karena jika tidak demikian, aku tak tahu bagaimana memanggil dirinya), apa mungkin ia memiliki kehidupan ganda, hingga ia begitu tenang dan begitu diam???

Tidak! Cahaya itu, gadis yang tegar itu, gadis yang sabar itu adalah ibu ku, ibu kandung yang melahirkan ku. Dalam dekap ku berharap dia mengerti apa yang kurasakan. Perasaan seorang anak yang pernah jauh darinya. Perasaan seorang anak yang menjadi kecangkuan bersamanya. Bertemunya sebuah kehormatan bagiku. Dan Kehormatan bagiku bisa mati dipangkuannya kelak serta kehormatan bagiku untuk hidup bersamanya.

Hari sudah menjelang malam dan pelita telah mengepulkan asap, ketakutanku tentang kehidupanku belum mau hilang. Sejak saat itu, arah hidupku berubah. Sekilas dari buku tadi, dan perasaan yang datang dengan tiba-tiba tenang, sudah cukup untuk membawa perubahan. Karena malaikat itu, gadis surgawi itu, telah menyentuhku lebih dalam diri apapun yang bisa dipahami manusia....^_^
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Sekilas

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Mega Oc. - Saya Senang dengan anda mengklik informasi ini, berarti anda peduli dengan keberadaan blog ini, saya berharap ini bukan untuk pertama kalinya anda mengunjungi blog ini. Mudah-mudahan blog ini bermanfaat.

Sekilas Pesan

Belajar dan belajar sampai bodoh kembali. Tdk menginginkan org lain kecewa krn tingkah ku. Menabur kebaikan akan menuai berkah. Jadi tdk menabur angin agar tdk menuai badai.(' ',)