Sabtu, 07 April 2012

Perjalanan[ku] di HMI




Menjadi seorang aktivis bukanlah impian-ku. Pertama kali aku kuliah, berniat hanya menuntut ilmu sedalam mungkin. Dunia kampus menjadi awal dan lugu buatku. Bertemu dengan berbagai teman baru dan dunia baru. Budaya diskusi begitu tegak tak bertulang. Aku terkena sindrom diskusi. Aku terkena penyakit baca buku. BUKU? Ini benda emas buatku.

Makassar, 4 September 2007.
Pertama kali-nya aku bergelut di organisasi Islam, singkatnya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). The first Collage, aku dan teman-teman seangkatanku di giring ke Gedung Perpustakaan Wilayah untuk mengikuti Basic Training dengan cara paksaan. Ini merupakan tahap awal dari pada jenjang organisasi ini. Ibarat sebuah perkuliahan ada tahap selanjutnya jika yang berkeinginan bersilaturahmi lebih banyak lagi.

Seiring berjalannya waktu, aku aktif di organisasi itu! Setiap kegiatan aku ikut berpartisipasi, mulai dari diskusi sampai seminar-seminar yang di adakan organisasi itu. Bahkan aku di masukkan pengurus oleh senior-seniorku. Selama bergelut aku asyik menjalankan organisasi itu, peta konflik di mana-mana, gap-gap tak terhingga. Permainan politik kampus menjadi sebuah hina telah ku jalani. Psikologi ini main, terkontaminasi dari regenerasi-regenerasi menjadi sebuah pengkaderan untuk terus melawan dari kubu satu ke kubu yang lain. Sungguh ironis jika aku sadar di saat itu. Menjadi sebuah penyakit kronis mencekik leher. Karena mengherankan bagiku! Universitas yang ada “I”-nya, diluar dari pada konsep kepalaku dengan nyatanya!

Itulah dinamika kampus, menjadi sebuah proses mahasiswa untuk terus meranjak dewasa, di mana setiap individu bebas memilih apa yang dia mau! Sempat ku ingat, perjalananku di kampus hijau itu mengibaratkan Orde Lama, karena pada waktu itu kita tidak mampu melakukan hal apapun sebebas-bebas memilih dan berbuat. Karena jika hal itu terjadi kita langsung di klaim dengan kubu lain. Keaktifan setiap mahasiswa akan di rebutkan dengan kubu lain juga. Menjadi ladang untuk organisasi berikutnya. Sepertinya organisasi di dalam kampus hijau itu tidak ada lagi perekrutan secara halus dan baik. Baik yang organisasi yang celananya puntung-puntung sampai normalpun. Semua main paksa! Lagi-lagi sungguh sangat ironis!

Barangkali karena keaktifanku aku menjadi terkenal di dunia kampus hijau. Tapi itu tidak membuatku bangga, karena belum menghasilkan sesuatu yang berkesan dalam kampus itu. Sepertinya psikologi ini tak sadar telah menjadi aktifis sejati.
Aku masih ingat! Aku di kader seorang senior yang ahli berfilsafat. Buku-buku filsafat menjadi makanan sehari-harinya. Aku kajian privat, sampai aku di tekan untuk rajin baca buku. Tapi dasar aku orangnnya pembosanan tidak bisa belajar dengan tiap harinya dengan ilmu yang sama! Kajian itu tersendatlah di tengah jalan. Tapi aku telah di klaim dengan memasuki kubu yang menjadi julukan oleh Rector “komunis”. Sungguh sangat mengharukan! L

Tahun 2009.
Aku masih ingat! Aku di paksa untuk menjadi ketua kohati dalam organisasi itu! Hari itu aku di tunggu oleh beberapa senior untuk mengikuti pemilihan di gedung KNPI. Sore itu juga aku tidak bisa karena harus masuk kuliah, dengan alasan aku memegang absen kelas tidak bisa meninggalkan perkuliahan itu. Semakin menyorotnya waktu, kini kian semakin sore! Senior-senior tetap menunggu ku, dari 3 pintu keluar semua berada di setiap pintu untuk menungguku. Aku tidak bisa pulang di saat itu, masjid menjadi tempat tongkrongan peristirahatan sementara sampai senior itu lelah menunggu ku. Tepat ba’dah isya aku pulang dari kampus itu setelah sekian lama di masjid berkontemplasi menutupi diri dengan cengkraman pemaksaan senior.

Dari beberapa senior, beberapa teman menginginkan-ku  menjadi ketua pada tahun itu, tapi aku punya asumsi besar kenapa aku tidak berkeinginan masuk dalam ranah ketua. Aku lebih memilih menjadi anggota, tetapi aktif dan membantu. Ketimbang menjadi ketua tak bisa nantinya aku berbuat apa-apa. Di sisi lain, aku harus mengedepankan perkuliahanku, aku khawatir kuliah nantinya akan menjadi korban (ini banyak terjadi). Lengserlah niat dan keinginan senior dan teman-temanku. Kecewa besar menyelimuti qalbu mereka! Aku di sindir dengan berbagai kata-kata halus menusuk dada. Tapi tak membuatku pupus untuk terus aktif menjadi aktivis di organisasi itu. Setiap kedatanganku untuk mengikuti diskusi, tak seperti biasanya itu terjadi, yakni candaan hilang cerita menjadi kepojokanku.
Aku berpikir! Itu tidak menjadi dalang dan berakhir segala-galanya. Dulu aku sempat privat tentang filsafat, sampai teori “dialektika hegel” dan teori “dependensi marx” telah kumakan dengan kenyang! Dengan senjata “logika” Aristoteles, Plato, dan Socrates. Kini prinsip awal di kampus hijau itu ku genggam dengan memakai kata-kata R. Descartes “Aku Berpikir Maka Aku Ada”.

Meredamlah kekecewaan senior dan teman-temanku! Kini kembali seperti biasanya, buku tak lepas dari tanganku. Aku menjadi seorang wanita yang aktif dalam kampus hijau. Setiap tidak mempunyai jam kuliah perpus menjadi tempat tongkrongan. Setelah itu aku mencari teman yang bisa di ajak berdiskusi. Terkadang juga ada teman muak dengan sikapku yang taunya hanya diskusi dan diskusi. Aku pikir kita ini belajar, ada waktunya untuk refresing. Karena aku punya jadwal di mana aku aku refresh otak dengan kesendirianku. Biasanya Gramedia MARI atau MP menjadi tempatku berdialog dengan penulis-penulis handal melalui karangannya. Berjam-jam pun tak membuat ku bosan. Biasa juga aku ke Studi 21 menjadi hiburanku. Menikmati berbagai film! Tapi film yang bermakna dan ada pelajaran yang tersirat di dalamnya, jika percintaan dan hororer aku tidak suka, karena biasa menurutku!

oo0oo

Tadi sedikit aku bercerita tahap-tahap HMI! Kini ada tingkat kedua namanya Intermediate Training, yang biasa di sebut LK2. Dulu aku tidak menginginkan mengikut sampai tahap itu, takut akan terlena menjadi aktivis kampus, alhasil lambat selesai.

Singkat cerita! Aku pulang ke Kalimantan menikmati liburan bersama keluarga, di sana sempat ku di panggil untuk menjadi instruktur dalam kegiatan Bastra HMI. Aku tidak mau, karena dalam aturan main organisasi ini, jika menjadi instruktur harus LK2 dulu. Dan menjadi pemateri bebas yang jelas telah mengikuti Bastra! Tapi senior di sana tidak percaya jika aku belum LK2, aku di paksa dan di minta untuk menjadi instruktur. Hal itu aku turuti, aku khawatir jika senior di Kalimantan aka cerita dengan senior di Makassar tentang penolakanku. Aku tidak ingin membuat senior-seniorku di Makassar kecewa jika mendengarnya, karena cukup banyak ilmu yang mereka berikan padaku.

Sepulang dari kampoeng halaman, aku terpacu mengikuti LK2, barangkali ini dari kata-kata senior yang menganggapku telah mengikuti LK2, kini telah menjadi doa. Beberapa dosen, senior, dan teman-teman mendukungku untuk brengkat ke Kota bogor. Dari 10 orang di kampus hijau saat itu, kohati/perempuan yang lulus hanya aku! Begitu bangganya aku bisa diberi kesempatan berangkat menjalin silaturahmi dari berbagai daerah. Kota metropolitan membuatku semakin mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Kami membawa diri masing-masing! Dengan tidak terlepas dari kekompakkan kami pulang bersama-sama.

Aku merasakan LK2 itu dahsyat! Beda apa yang ku pikirkan sebelumnya. Aku berpikir semakin menambah ilmu, tapi toh nyatanya hanya biasa tak mempengaruhi otak ini. Kecewa dan ingin bergegas pulang, tapi menahan demi perjanjian kegiatan terlaksana. Kesimpulan yang ku dapatkan LK2 hanya menyambung silaturahmi berbagai daerah, otak tidak mempengaruhi apa-apa. Biarpun tak mengikuti LK2, jika rajin baca buku, sepertinya lebih baik dan bisa menjadi cerdas. LK2? Lengserlah di pikiranku “mencerdaskan anak bangsa”, kini hanya “mengusang anak bangsa”.
Sedikit kesyukuran banyak teman banyak link, silaturahmi terjaga dan terjalin!

Sepulang dari LK2, banyak aku lakukan! Aku semakin aktif, dan demo menjadi sebagian aktivitas dalam kampus selain kegiatan organisasi itu dan perkuliahan. Wanita Demo? Yah! Aku sering di panggil teman-teman kohati bersuara di jalan. Memang tak ada malu di zaman itu, karena menjadi mahasiswa berpikir “rakyat”. Tapi kalau di pikir nyatanya sedikit merugikan sih! Aku merasakan asyik saja! “inilah hidupku”. Tapi tak lepas dari saran dan kritik ku terima menjadi sebuah pembenahan diri.
Selain itu, aku semakin sering di panggil membawakan materi di berbagai organisasi. Ilmu ku semakin terasa, semakin semangatlah aku dalam belajar. Jika aku mengisi materi tak lepas aku memberikan motivasi seperti semangat ku yang membara membakar jiwa dalam belajar dan meniti hidup kepada peserta. Dan tak lupa mengajak mencintai buku dengan berbagai sindiran teori-teori, agar peserta menjadikan acuan bahwa memang “harus baca”. Apaun ilmunya jangan memilih, setelah membaca baru memilah mana yang harus di ikuti, mana yang tidak! Saya pikir tiap baca buku jangan setengah-setengah, dan baca buku yang lain juga. Karena setiap teori tidak di bahas dalam satu karangan penulis dan pembahasannya terkadang ada pembantahan dari teori yang satu ke yang lain. J

oo0oo

Aktivis kampus! Kini telah ku keluti, tak sedikitpun aku sesali karena itu adalah pilihanku. Aku jadikan proses pendewasaan dan proses untuk terus berpikir. Benar-benar ASLI psikologi mempengaruhi jiwa ini untuk menjadi aktvis kampus. Seperti secara alamiah terbentuk yang menjadi sebuah sejarah dari berbagai pengalaman-pengalaman yang begitu mengesankan! Walaupun dalam cerita ini ada yang tidak menyukainya, tapi ini hanya proses hidup dalam meniti dan melihat alur cerita kehidupan ini. Akan menjadi sebuah keARIFan puncak dalam menghadapi cerita yang sama di zaman Orde Baru (ala kampus).

Kini Orde Baru hanya yang terjadi adalah cerita ini! Membuat menjadi kalimat yang tersusun rapi dan motivasi diri untuk terus belajar dan “berjiwa besar”. Dulu aku mempunyai slogan PTT “Pantang Tolak Tugas” dan PTS “Pantang Tugas tak Selesai”, jadi apapun bentuknya, sesulit apapun itu, harus aku hadapi dan kerjakan demi kemampuanku. Yah semua tidak lepas dari IBADAH ku! Dan sekarang aku menambahkan motto:

“Aku hari ini bukanlah aku yang kemarin, tetapi aku hari ini adalah aku yang lebih baik dari hari kemarin”

Setiap harinya aku beusaha berbuat lebih baik dari kemarin-kemarin, jika merasa kurang baik, aku kecewa dengan harapan lebih baik lagi. Insya Allah prinsip yang baik! J

oo0oo

Untuk hidup yang lebih bermakna, jalani hidup penuh dengan semangat yang membara membakar jiwa, bangkit jika terpuruk, bangun jika tersandung! Buku menjadi salah satu aktivitas terindah dalam hidupMu. Cintai dia, Insya Allah kau akan mendapatkan HIKMAH yang sangat luar biasa. Aku cukup berterima kasih kepada HMI yang mengenalkan ku pertama kalinya tentang “asyiknya membaca buku”…!!!

Akhir kata! Pesan tersirat: 


Yakin Usaha Sampai 

Yakin-kan dengan Iman!
Usaha-kan dengan Ilmu!               
Sampai-kan dengan Amal!




Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Sekilas

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Mega Oc. - Saya Senang dengan anda mengklik informasi ini, berarti anda peduli dengan keberadaan blog ini, saya berharap ini bukan untuk pertama kalinya anda mengunjungi blog ini. Mudah-mudahan blog ini bermanfaat.

Sekilas Pesan

Belajar dan belajar sampai bodoh kembali. Tdk menginginkan org lain kecewa krn tingkah ku. Menabur kebaikan akan menuai berkah. Jadi tdk menabur angin agar tdk menuai badai.(' ',)