Sabtu, 19 November 2011

Ketika Aku Jatuh CINTA

Jatuh cinta????
"Ya… aku jatuh cinta".
Tanpa ragu-ragu kalimat itu keluar dari mulutku. Menampar segala keangkuhan. Menenggelamkan segala kesombongan. Menaklukan kepongahan diri sendiri..  sahabatku terperangah, tidak menduga aku jatuh cinta. Cinta yang tulus. Cinta yang bening. Cinta yang apa adanya. Cinta yang tanpa syarat. Cinta yang akan memberikan apa yang ada di hidupku demi mendapatkan cintanya.


"Bagaimana bisa engkau mencintainya?
Siapakah yang telah membuat engkau mencintainya?
Apa yang membuat engkau mencintainya?
Ia terus mengejarku dengan pertanyaan yang menunjukkan kebingungannya.
"Kepada yang …..". aku berhenti "Aku selalu jatuh cinta" lanjutku.
"Bukankah dia bukan orang kita. Bukankah dia diluar golongan kita?". Ia masih tidak terima.

"Saudaraku…
Ketika lahir engkau hanya bernama bayi manusia. Tidak yang lainya, lalu kedua orang tuamu ‘yuhawidaanika’, ‘wa yunasiraanika’,’ wa yumajisaanika’. Bersukurlah karena engkau terlahir dari rahim seorang ibu yang tegar dan sabar, hingga tidak perlu susah mencari hidayah. Semenjak lahir di telingamu telah bergema ‘ayat-ayat Allah’. Ayo nak kita meraih ‘properity’, meraih kesejahteraan, meraih ‘kesuksesan’ (harapan sang prajurit dakwah kita).

Jangan engkau duhai saudaraku mempersulit diri sendiri untuk meraih kesuksesan dalam hidupmu dengan membatasi mengambil ilmu syar`i yang wajib dituntut semua orang muslim. Memandang bahwa pendapat orang lain salah tanpa mengujinya terlebih dahulu, tanpa mencari dalil terlebih dahulu, lalu meyakininya …” Aku memandangnya. Mencari di wajahnya ‘reaksi’.

"Kamu mencintainya, akan setia selalu kepadanya!! Sudahkah katamu kau pikirkan. Kata itu berbahaya! Kata yang akan menyeret kamu untuk menganggumi apa saja yang ada padanya. Dan bisa menjerumuskan dirimu untuk mengikuti perintahnya meskipun perintah itu tidak engkau senangi atau bahkan sesat dan menyesatkan engkau”. Ia masih membantah.

“Saudaraku… aku setuju dengan pendapatmu. Bahwa kekaguman atas seseorang telah banyak 
menyesatkan saudara kita yang lain. Terjerumus kepada ketundukan untuk mengambil semua pendapat dari orang yang ia kagumi itu, tanpa menyaringnya. Asal perkataaan itu dari orang yang ia jatuh cinta kepadanya – secara ke ilmuan – ia langsung ambil dan adobsi menjadi bagian dari pendapatnya. Meskipun pendapat itu menyesatkan banyak pemikiran orang yang jauh lebih benar dari orang yang ia cintainya itu. Lalu menyebarkan pendapat yang salah itu ke tengah masyarakat.”

Aku kira banyak yang bisa menjadi contoh begitu banyak kaum muda muslim Indonesia menjadikan mereka itu idola. Mengikuti seluruh pendapatnya tanpa mengujinya dengan kritis. Menyebarkan Hermeneutikanya Nasr Hamid dalam mengkaji al-qur’an untuk menggantikan metode tafsir salafus sholeh kita. Yang akhirnya membawa mereka untuk mentekstualkan al-qur’an, bahwa al-Qur’an hanyalah ‘Mumtaz tsaqofi’ atau hasil budaya manusia. Bahkan salah seorang pengarang dalam - bukunya - sampai berani menyuruh orang agar tidak menganggap al-Qur’an itu sakral. Sebab al-Qur’an itu hanyalah trik yang dibuat orang orang quraisy dengan tujuan agar orang-orang Quraisy itu bisa menguasai zajirah Arab”.


“Mereka yang mencintai habis kepada tokoh yang mereka kagumi kepandaiannya itu. Dan tidak menyisakan cintanya kepada ulama’-Ulama' salaf dengan segala keagungan kepribadian dan kebesaran karya tulisnya. Buta matanya – tidak lagi ia gunakan untuk melihat bagaimana syahsiah tokohnya itu dibanding dengan ahklak ulama’ ulama’ salaf dahulu. Sehingga Imam malik, imam hanafi, Imam assyafi’I dan imam hambali tidak lagi dipakai. Dan dimasukan lemari es lalu dikunci. Sudah mengarkeologi. Sudah tidak mungkin bisa diterapkan lagi untuk menyelesaikan permasalahan kontemporer ummat Islam. Mereka bilang, bahwa ummat Islam akan tetap terpuruk bahkan mati, jika tetap berada pada kesadaran masa lalu”

“Saudaraku… mereka itu generasi bingung! Generasi yang sudah kesusahan untuk menemukan kebenaran. Kepalanya sudah terkontaminasi dengan filsafat. Sehingga apa saja ingin mereka bongkar, termasuk syari’ah yang secara nash merupakan kebenaran pun tidak lepas dari pembongkaran mereka. Kepala mereka dipenuhi relativisme. Dengar aja mereka bicara... lalu 
hitung berapa kali kalimat relative itu keluar dari mulutnya?"

“Ah.. itukan relative. Tergantung dari sisi mana anda melihat”, “Janganlah suka menyalahkan, menghukumi, memfatwakan orang lain sesat dan lain sebagainya. Siapa sebenarnya yang sesat si atau si B. Bisa jadi yang sesat itu si A karena telah menghukumi orang lain dengan nama TUHAN. Apa betul yang di fatwakan si A adalah apa yang diinginkan TUHAN. Siapa yang berhak mengklaim paling tahu apa yang diinginkan oleh TUHAN. Jangan-jangan si B lah yang betul dan fatwa si A yang sesat. Hargailah kebebasan orang untuk mengekspresikan cara ia mencintai TUHANnya, tidak usahlah saling menyesatkan”.

Lihat saudaraku.. betapa semuanya menjadi relative, tidak ada kebenaran yang bisa mereka pegang". Aku mengatur nafas. Berbicara tentang mereka ini terlalu menguras emosi.

Sebenarnya sih aku ingin berlatih untuk mencintai dan membenci, sekedarnya. Secukupnya, seperlunya, mencintai dengan cinta yang sederhana. Membenci dengan kebencian yang sederhana. Namun rupanya untuk kelompok bingung ini, emosiku sulit terkontrol nich...!!
Setelah kunikmati ekspresi saudara bandelku ini, aku teruskan penjelaskanku!

“Kalau kemudian aku mengatakan bahwa ‘aku mencintai Dia dan selalu akan menuruti apa yang diperintahkan dan bahkan aku akan berusaha selalu tidak melanggar larangannya . Masak kamu tidak percaya padaku.. Bahwa dalam hatiku ini ada cinta yang begitu menggebu . Insya Allah, 
jelek-jelek begini saudaramu ini, bisalah membedakan mana yang baik, mana yang tidak. Aku nih bukan termasuk ‘kelompok bingung’ mereka.. yakinlah bahwa kalimatku itu bisa aku pertanggung jawabkan insya Allah, duh saudara … percayalah padaku..”

“Aku tidak percaya..”sahut saudaraku

Saudaraku, pernahkah engkau membaca atau mendengar sebuah bait syair ini,

``Tidak ada di dunia ini yang lebih sengsara daripada seorang pencinta…
Meskipun ia merasakan manisnya cinta…
Kamu lihat dia menangis di setiap waktu…
Karena takut berpisah atau karena rindu…

Ia menangis karena rindu akan jauhnya sang kekasih…
Namun, bila kekasihnya dekat…
Ia menangis karena takut berpisah…

Matanya selalu menghangat ketika terjadi perpisahan…
Matanya pun berkaca-kaca ketika pertemuan itu tiba…
Pelakunya memang merasakan kenikmatan…
Namun, sebenarnya…
Kasmaran itu merupakan siksa yang paling besar di hati…

Saudaraku itulah perkataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam salah satu kitab beliau. Tapi saudaraku, percayalah, cintaku padanya tidaklah akan membawa kesengsaraan, tidak akan membuat sakit hati dan aku sangat yakin bahwa aku tidak salah jatuh cinta.
Dan aku juga yakin, bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan cintaku. Bahkan aku sangat yakin dengan cinta dan kasih sayangnya, dan bahkan aku berani bersumpah demi jiwaku yang ada di genggamaNya, janji-janji Dia semua pasti akan di tepati.

Akhirnya dengan ekspresi wajah yang masih menunjukkan kebingungannya, dia Cuma bisa mengangguk-anggukan kepalanya. Maka saudaraku izinkan aku untuk mengambil jeda walau sejenak untuk membuktikan cintaku padaNya, aku akan berusaha melaksanakan perintahNya.
Saudaraku maafkan aku bila suatu hari nanti aku lama tidak engkau temui, mungkin engkau akan bertanya–tanya dalam hatimu, tapi saudaraku, tidak usah engkau cemaskan diri ini, insyallah aku akan baik-baik saja.

Saudaraku, aku hanya mengharap doa mu semoga aku dapat meraih keridhoan dan cintaNYa, dan di sini aku juga akan selalu berdoa untukmu saudaraku semoga engkau juga akan seperti aku, mengharap ridho dan cintaNYa.

Setelah semua aku jelaskan akhirnya saudaraku, engkau faham akan cintaku. Kepada siapa sebenarnya cinta ini aku tambatkan. Ya aku yakin engkau akan mengerti. Dan aku yakin engkau juga merasakan cinta yang sama denganku, bukan kah begitu saudaraku?
Sehingga aku yakin bahwa aku tidak akan sengsara, dan aku tidak akan kecewa dan bahkan tidak akan sakit hati.

Maka saudaraku marilah kita buktikan cinta kita kepada Nya Ayo kita berlomba-lomba siapa yang paling baik pembuktian cintanya. Karena ketika kita mencintaiNya pasti kita akan dipertemukan dengan HambaNya yang sangat mencintaiNya juga. Semoga, aku, engkau, dan kita semua akan di pertemukan di kautsarnya. Amiin YRA…..

Wallahu a’lam. Subahanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila hailla anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.


Sumber:
- Kisah Penulis
- Kajian Filsafat Cinta Laode Maskur, S.HI dan Manshur Sudirman S.HI


Yang Tengah Di Rundung Rindu

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Sekilas

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Mega Oc. - Saya Senang dengan anda mengklik informasi ini, berarti anda peduli dengan keberadaan blog ini, saya berharap ini bukan untuk pertama kalinya anda mengunjungi blog ini. Mudah-mudahan blog ini bermanfaat.

Sekilas Pesan

Belajar dan belajar sampai bodoh kembali. Tdk menginginkan org lain kecewa krn tingkah ku. Menabur kebaikan akan menuai berkah. Jadi tdk menabur angin agar tdk menuai badai.(' ',)