Rabu, 08 Februari 2012

Keinginan Vs Kebutuhan

Saudara-saudara bahkan sepupu kita semua memakai Blackberry-kamu yang jauh susah komunikasi karena harus mengeluarkan pulsa-kalau kamu punya BB komunikasinya lancar karena sudah ada yang di bilang daftar di awal. Besok kami akan mengirimkan mu uang untuk membelinya.


Begitulah pesan yang masuk di hp ku kemarin. Saudara-saudara ku menginginkan ku memakai BB. Dengan alasan biar lebih mudah berkomunikasi. Aku tidak membalas pesan itu. Karena berpikir ntah itu kebutuhan atau keinginan keluarga ku atau keinginan ku.

Aku pun mengabaikan masalah yang tak penting ini. Pikiran ku, keluargaku sudah terasuki oleh barang-barang kapitalis, menikmati dengan nikmat kapitalis. Terhantui dengan keinginan mereka. Sekarang sudah berubah, setiap keinginan pasti semua akan di wujudkan oleh mereka. Keinginan seraya kebutuhan yang harus di penuhi dalam hidup ini….

BlackBerry, begitulah bunyi benda ini yang merasuki keinginan manusia merubah menjadi kebutuhan mereka.

Keesokan harinya aku di sms lagi:

Uangnya sudah kami transferkan ke rekeningmu, kalau sudah beli konfirmasi yah PIN nya. Biar lebih mudah berkomunikasi.

Aku selalu berpikir, kenapa aku harus melakukan sama dengan saudara-saudara ku. Aku tak suka bergaya mewah. Aku tidak mau orang-orang melihatku orang berada yang tidak sesuai kenyataan. Kesederhanaan itu sudah cukup bagi ku. Memakai BB banyak pengeluaran, benda itu hampir sama dengan modem menurutku. Apa gunanya modem ku nantinya, bahkan lebih baik modem ku gunakan OL bisa mencakup semuanya. Pintaku dalam kamar sambil berpikir tentang benda kapitalis ini…

Dengan amanah, uang itu harus di pakai beli BB. Menempuh perjalanan menuju transjogja depan wanita tama. Tak sengaja ku melihat pameran buku di wanita tama, yang baru saja buka kemarin. Pameran buku itu serasa memanggilku untuk melihat dan berkecimbung di dalam ruangan besar itu. Masuk lah aku dengan tak punya beban, amanah beli BB “lewat” begitu saja di pikiranku. Senyum di balik luka, wajah berkerut kepanasan, akhirnya senyum lepas mengantarku kedalam serakan buku. Mulailah ku memilih buku-buku yang ingin ku baca.

Sambil memilih buku dari stand satu ke stand berikutnya, buku-buku yang murah. Terlintas dipikiran beli buku di sini kesempatan harganya murah, mulai dari harga Rp.2000 sampai tak terhingga. Harga 2ribu itu kalau di Gramed terhitung harga 20ribuan. Kesempatan ini tak ku sia-sia kan berlalu begitu saja. Akan ku manfaatkan apa yang ada. Ini adalah kebutuhanku selama di kota istimewa ini. Aku belum butuh bahkan belum bisa hidup mewah dengan kesendirianku.

Tertunda lah untuk membeli BB, uangnya terseretkan ke kebutuhan terpenting buatku. Kata buku membuatku terlena terkelepak tak memikirkan berapa pun harganya. Tak ku pikirkan pun aku akan di tegur atau seperti apa nantinya jika di tanya PIN itu.

Pameran buku itu, hampir tutup pada malam itu. Besok aku tak akan kembali, karena tugas ku selanjutkan menghabiskan buku yang ku beli. 20 buku ini mengambil jatah 3 bulan kalau membeli di gramedia atau shoping. Berjalan menuju kost aku tak merasa mempunyai beban. Tersenyum pulas, dengan hati gembira bahwa sudah mendapatkan apa yang ku butuhkan. Sebatas keinginan tak akan merubah hidup ini untuk mewujudkannya. Itu akan terwujud jika semua kebutuhanku di kota istimewa ini dapat tergilas tak tersisa.

Sudah beli BB? Berapa PIN nya, sms yah, biar di invite ke semua keluarga.

Sms berikutnya masuk di hpku!
Kata-kata invite seraya menamparku dengan hati miris, dasar produk itu mengantar mereka kepada kemewahan. Aku tau ini sederhana mewah buat orang-orang berada. Tapi aku belum bisa mewujudkannya. Uang yang di transfer masih sisa setengah dari yang dikirimkan. Tidak ku ganggu sedikit pun. Di pikiranku akan aku beli jika uang nya cukup di kemudian hari. Ntah sampai kapan menabungnya.

Berlarut tak ku kirimkan PIN itu, dengan candaku “PIN PUK aja aku kirimkan, atau tipe hp ku”. Semua sms aku abaikan, di pikiran mereka aku sibuk tidak ingin di ganggu. Terdiam seraya tak berdosa. Ntah cerita BlackBerry ini menemukan siapa egois dalam hidup ini! Apakah aku yang terlalu mengabaikan amanah atau keluargaku yang terlalu egosi yang dimana aku harus mewujudkan keinginannya.

Coba aku di kirimkan uang segitu untuk beli buku tiap bulannya, pasti lebih enak. Hayal ku…^_^

Hp berdering dengan nada family, ibu ku menelpon tanyakan kabarku. Sesuai pertanyaan jawabku “baik”. Seiring berjalannya waktu bercerita, aku di singgung masalah BB. Aku pun menjawab dengan jujur “maaf bu, uangnya saya pake beli buku di pameran kemarin. Saya ambil kesempatan itu karena pameran buku jarang dan buku-bukunya murah”. Ibu marah? Apakah perbuatanku berdosa karena tidak menjalani amanah?

Ibu menjawab, “nggak! Kalau beli sembarang kan pasti marah, hanya beli buku yah nggak apa-apa lah, nanti ada rezeki ibu tambahkan uangnya lagi biar saudara-saudaramu nggak marah padamu”. Mendengar perkataan ibu, hatiku merasa tenang. Tersenyum dengan girang “ada yang mendukung beli buku itu”.

Keinginan itu belum terpenuhi dalam hidup jauhku di kesendirian. Lahirnya tulisan ini, karena mirisku di tanya Pin produk kapitalis itu. Aku sepakat lahirnya produk yang mempemudah manusia berkomunikasi. Tapi aku tidak mau terganggu hanya karena faktor keinginan saudara-saudara ku. Ketidak sepakatku terhadap produk itu, aku dipaksa untuk mengikuti keinginan itu demi membuat saudara-saudaraku tersenyum. Saat ini keinginan itu belum berubah menjadi kebutuhan. Ntah kapan, mungkin akan berubah ketika hal yang kubutuhkan selama di kota istimewa terpenuhi. Inilah cerita Keinginan Vs Kebutuhan dalam penagihan PIN.

Sedikit teringat dosen ku menjelaskan masalah pemasaran, "Permintaan dan Keinginan beda".
Dan aku bisa simpulkan: "Permintaan keluarga untuk ku memakai BB adalah keinginan mereka, tetapi itu bukan kebutuhanku"...

Aku heran dengan kehidupan ini. Terkadang aku tak merasa hal itu ku butuhkan, tapi aku harus memilikinya memenuhi keinginan orang lain demi membuat mereka tersenyum. Masih teringat dengan kata-kata orang tua ku, mereka berpesan sebelum ku berangkat ke kota istimewa; “lakukanlah terbaik, jangan sampai melakukan hal yang membuat orang lain kecewa karena tingkahmu.” Kata-kata ini membuatku termotivasi selalu melakukan hal terbaik, sesuai prinsip yang ku geluti “aku hari ini bukanlah aku yang kemarin, tapi aku hari ini adalah aku yang lebih baik dari hari kemarin”.

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Sekilas

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Mega Oc. - Saya Senang dengan anda mengklik informasi ini, berarti anda peduli dengan keberadaan blog ini, saya berharap ini bukan untuk pertama kalinya anda mengunjungi blog ini. Mudah-mudahan blog ini bermanfaat.

Sekilas Pesan

Belajar dan belajar sampai bodoh kembali. Tdk menginginkan org lain kecewa krn tingkah ku. Menabur kebaikan akan menuai berkah. Jadi tdk menabur angin agar tdk menuai badai.(' ',)