Rabu, 08 Februari 2012

Aku Bangga Punya Kamu


Iya lah nak... Mudahan sehat-sehat selalu dan jangan lupa shalatnya....

SEBUAH pesan singkat di atas masuk ke ponsel saya, beberapa hari yang lalu. Dari seorang lelaki bersahaja kelahiran pare-pare sulawesi selatan, 4 Desember 1958. Antara bahagia dan tak percaya, saya baca berulang kali isi pesan singkat itu dengan perasaan bangga dan kagum padanya.

Siapakah gerangan lelaki yang saya maksud itu?

Maka ketahuilah, ia bukanlah siapa-siapa, hanya seorang lelaki paruh baya yang sedang belajar memaknai sisa-sisa jatah usianya agar lebih berarti sebelum tutup umur nanti. Ketahuilah, lelaki itu bukanlah tipe seorang oportunis saat di amanahi sebuah pekerjaan, tak suka gemerlap popularitas, dan tak pula mudah gelap mata pada uang haram yang kerap bersliweran di sekelilingnya. Perkenankan saya mengenalkannya kepada Anda, saya biasa memanggilnya cukup dengan satu kata saja: Ayah...

Ayah sudah berstatus yatim piatu. Kata Ayah kakek meninggal di saat dia belum menikah, dan nenek meninggal sejak dia memiliki 3 anak. Kakek dan nenek hanyalah seorang yang tak berharta pada umunya orang-orang di zaman itu. Kata Ayah, nenek suka berdagang apa saja yang penting halal. Ciri khas dari nenek, tak pernah mau menggantungkan diri kepada siapa pun. Dari cerita Ayah, dia hanya meluluskan Sekolah Menengah Atas. Untuk melanjuti tak punya niat besar, karena Ayah anak pertama dari 4 bersaudara. Ayah harus membantu memperbaiki ekonomi keluarga sebagai anak pertama.

Bertekad memperbaiki ekonomi keluarga dan hasrat merantau mencari pekerjaan dengan bermodal seceret air untuk wudhu dan sujadah untuk shalat. Ayah yang dulu berkeinginan sekolah tinggi, kini hanya menjadi buruh. Tapi Ayah tidak pernah putus asa dengan usahanya sehingga menjadi pengusaha apa saja. Sampai membuka travel pribadi.

Begitulah Ayah benar-benar merangkak dari bawah, tangga demi tangga, dalam menapaki jenjang kehidupan untuk keluarganya sebagai seorang anak pertama.

"Ayah orang yang baik dan tegas, kuat bekerja. Tidak pernah memperlihatkan hartanya dan menyombongkan diri". Itu kata salah satu saudara saya. Saya pun mengamini perkataan saudara saya. Saya yakin dan percaya dia adalah seorang lelaki yang akan bertanggungjawab buat semua keluarganya dengan usaha kerasnya. Bekerja dengan menebarkan kejujuran, hanya sesuai kemampuannya.

Apa buktinya?
Salah satu di antaranya, Ayah sampai sekarang hanya suka memakai sepeda motor kemana-mana. Motor Jupiter merah hitam biasa. Ayah punya mobil, tapi kata Ayah benda itu hanya membuat penilaian berlebihan kepada keluarga kita. Malah Ayah ingin mobil itu dijual saja. 

Yah hanya itu saja, siapapun anda bisa mengecek eksistensi Ayah saya.

JULI

BULAN yudisium S1 saya. Dengan sebuah ponsel saya menghubungi ayah saya, dengan nada gembira dan kelegaan seorang anak. "Saya selesai yah S1, terima kasih berkat doa dan support ayah". Ayah hanya tersenyum dan mengatakan "Alhamdulillah", dengan lantunan kalimat selanjutnya "apa agenda selanjutmu nak"?
Saya menjawab, "izinkan saya melanjuti sekolah saya, saya ingin menjadi anak yang berpendidikan yang kau banggakan, saya masih suka belajar dan sekolah". Lagi-lagi dengan kebijaksanaan saya memberikan keputusan di tangan Ayah.

AGUSTUS

"SAYA mendaftar lanjut S2, dan langsung ada pemberitahuan lulus".
Saya memberitahukan kepada Ayah tentang kelulusan itu, dia senang. Dengan bahasa, "kalau bisa sebelum berangkat melanjuti sekolah, kamu pulang dulu lebaran bersama Ayah".


Akhir agustus, saya pulang melaksanakan puasa dan lebaran bersama Ayah. Ayah begitu bangga dengan saya. Keluarga menyambut dengan senyuman.

SEPTEMBER

SORE itu, Ayah bercerita dengan di meja makan. Dengan keluar menasehati banyak hal. mulai dari arti kehidupan, sampai kesuksesan seseorang dalam meniti karirnya. Bahkan menjadi seorang wanita yang selayak impiannya.

Memang menjadi anak kebanggan Ayah sangat lah sulit. Karena karakter Ayah susah mempercayai orang. Kepercayaan Ayah harus di pegang sampai kapan pun.

"Kamu melanjutkan S2 mu. Harus siap dengan segalanya, mulai dari fisik, mental. Jangan memaksakan otakmu jika ada sesuatu hal yang harus di pahami. Lakukan perlahan, insya Allah semua akan terjawabkan".

Ayah juga menasehati saya tentang sebuah pasangan hidup saya kelak. "Ayah tidak melirik dia anak siapa, dari keluarga siapa, kaya atau miskin. Yang Ayah butuhkan dia mampu bertanggungjawab untuk anak Ayah kelak". Kebahagiaan anak Ayah menjadi kabahagiaan Ayah kelak. Kata penutup dari perbincangan di meja makan itu.

Dengan kebijaksanaan Ayah. Saya pun merespon nasehat Ayah dengan berkata, "baiklah yah, terima kasih atas kebijaksanaan Ayah. Saya akan memberikan sebuah pilihan untuk orang tua saya, "jika suatu saat ada yang dekat sama saya, dan saya kenalkan kepada Ayah. Ayah tidak ridha, saya akan mengikuti pilihan Ayah. Dan jika ada yang Ayah mau jodohkan kepada saya, mohon lihatkan dulu orangnya kepada saya".

Kebiasaan kalau saya pulang, saya harus membantu ibu tiap sore memandikan adik dan bermain bersama adik. Agar adik tidak mengganggu ibu di dapur. Ibu tidak pernah memaksa saya untuk membantu dia memasak. Malah ibu menginginkan saya bersama adik-adik saya.

OKTOBER

SAYA berada di kota pelajar menuntut ilmu. Saya tahu kekhawatiran orang tua pasti dalam ketika anaknya merantau tanpa keluarga. Hampir tiap hari Ayah telpon menanyakan kabar. Ayah orangnya tidak suka yang namanya muluk-muluk, Ayah kalau berbicara langsung pada pointnya. Sifat Ayah hampir sama dengan sifat saya. Sepertinya saya turunan Ayah.. hehehe
Memang ibu saya selalu katakan, saya anak perempuan nya yang sangat mirip dengan sosok Ayah. Di balik sifat kerasnya, ada sebuah sifat penyayang yang tersimpan besar.

Selama kuliah di kejauhan, pantauan Ayah tak lepas dalam seminggu 3 kali. Di barengi dengan sms nasehat. Saya yakin tindakan Ayah terhadapku sebagai bentuk kasih sayang Ayah. Ayah selalu cerita tentang masa lalu Ayah yang berkeinginan sekolah, tapi terkendala karena kondisi. Cerita itu menjadi gambaran motivasi saya dalam proses ini. Ayah sangat semangat dalam segala aktivitas. Malahan Ayah tidak bisa jika tidak bekerja atau berkativitas dalam sehari.

Begitulah. Maka sangat boleh jadi kemampuan semangat yang saya miliki hari ini juga terinspirasi oleh keteladanan budaya semangat yang dicontohkan Ayah selama ini.

YA ALLAH, berkahilah sepanjang sisa usia Ayah. Bimbing selalu agar kehadirannya layak menjadi teladan bagi kami semua putra-putrinya dan orang-orang setelah kami. Amin.
Terimakasih, Ayah.



Yogyakarta, 8 Februari 2012
Pukul: 4.24 jam Fikr (Notebook)

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Sekilas

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Mega Oc. - Saya Senang dengan anda mengklik informasi ini, berarti anda peduli dengan keberadaan blog ini, saya berharap ini bukan untuk pertama kalinya anda mengunjungi blog ini. Mudah-mudahan blog ini bermanfaat.

Sekilas Pesan

Belajar dan belajar sampai bodoh kembali. Tdk menginginkan org lain kecewa krn tingkah ku. Menabur kebaikan akan menuai berkah. Jadi tdk menabur angin agar tdk menuai badai.(' ',)