Minggu, 01 Juli 2012

Karena Cokelat Itu Cokelat


Tulisan ini sengaja penulis racik dengan kegelisahan melihat fenomena yang ada. Special buat teman-teman ForKom Ambalat Yogyakarta. Semoga hal ini di pahami, dan tidak asal nyos dan jatos. Karena semua tahu, kita seorang pelajar yang ingin Cerdas. Selamat menyimak, semoga bermanfaat. Ilustrasi sebuah coklat! Thanks...

 Belakangan, sering kita melihat banyak orang yang menuliskan “Persaudaraan itu semanis coklat”, atau bahkan mungkin “Surga itu selezat coklat”. Mungkin, kalimat-kalimat itu berasal dari mereka yang memang gemar makan coklat. Dengan segala makna kalimat-kalimat tersebut, sebenarnya ada makna lain yang dapat kita ambil dari kata coklat itu sendiri.

Di sebuah film romantis dari barat, di kisahkan ada seorang dokter yang enggan memakan kacang berbalut coklat dengan wujud yang berwarna-warni, sehingga perilaku unik ini menggelitik tokoh utama perempuan pada saat jumpa pertamanya, sampai memunculkan pertanyaan mengapa? “karena coklat itu warnanya coklat..” sesederhana itu jawab si dokter yang akhirnya nanti menikah dengan perempuan tersebut. Sekilas, jawaban “karena coklat itu coklat” menarik untuk di perhatikan. Satu hal yang dapat kita petik mungkin dari segi kesehatan. Makanan yang tidak di beri zat pewarna tentu relatif lebih sehat di bandingkan dengan makanan yang di beri pewarna. Simpelnya, tentu coklat lebih sehat dan orisinil ketika ia tetap seperti awalnya, berwarna coklat. Bukan di selimuti pewarna kuning, merah ataupun warna lain.

Di sisi lain, bukankah coklat mengajari kita untuk jujur? Jujur terhadap apa adanya diri kita. Tidak perlu mencari-cari warna lain untuk menutupi “ke-coklat-an” yang kita miliki. Kita mestinya memahami, bahwa coklat itu di gemari bukan karena warnanya, bukan karena bentuknya. Coklat di gemari karena rasanya, ya, rasanya, bukan yang lain. Warna, bentuk, itu hanyalah pemanis yang ternyata tidak seluruh penikmat coklat memperhatikan atau bahkan tidak tertarik dengan pemanis tersebut. Coklat yang murni hadir dengan segala kesederhanaan. Manisnya pun memiliki sedikit rasa pahit. Seakan mengajari, seorang insan yang solih tetap saja insan, bukan malaikat yang Allah ciptakan tanpa pernah akan berbuat dosa. Insan, tetap saja insan yang merupakan tempatnya alpa dan kesalahan. Maka, bukankah lebih baik biarkan saja coklat tetap berwarna coklat?

Kita percaya bahwa setiap agama tidak pernah mengebiri umatnya. Setiap tokoh dalam suatu agama pasti punya sejarah tersendiri. Yang dimana akan memetik suatu hal yang bermakna dengan segala “ke-coklat-annya”. Bahkan Pramodya Ananta Tour seorang sastrawan yang terkenal dengan berbagai tulisannya, begitu banyak memberikan sumbangsih pemikiran dan kritikan buat seorang pemimpin dan bangsa ini dengan “ke-coklat-annya”.

 Hanya punya foto acara ini

Kenapa kita tidak? Kita tahu lembaga menjadi proses pendewasaan kita. Kita punya waktu dan kesempatan untuk merasakannya. Tapi alangkah agar rasanya coklat, kita tidak merubah eksistensinya dalam suatu racikan kesukaan, yang bagaikan surga di dalamnya. Mungkin sebaiknya kita mulai berpikir apa yang kita kerjakan. Kalau itu hanya egoisme yang mengedepankan nafsuh, mungkin niat itu di urungkan demi “ke-coklat-an” kita masing-masing. Karena yakin dan percaya, semua tidak ingin merasakan coklat yang kadaluarsa tak berguna. Kalau di katakan coklat dan agama menjadi sebuah tujuan, itu benar! Karena sekali lagi coklat di sukai bukan karena bentuknya, tapi rasanya. 

Kita mustinya menyadari, bahwa Agama tak pernah memotong keorisinilan pribadi-pribadi kita yang telah Sang Khalik berikan sejak awal kita di lahirkan. Bukankah tak perlu menjadi orang lain, untuk kemudian berjuang atau beramal lebih di jalan Allah ini, bukankah cukup menjadi diri sendiri, untuk kemudian beraksi dan terus berkontribusi tulus karena illahi? Tak perlu menjadi orang lain, jadi diri sendiri.. sebab coklat itu coklat. Siapa tahu, manisnya surga yang seperti coklat justru terasa lewat keorisinilan setiap pribadi-pribadi kita...
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Sekilas

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Mega Oc. - Saya Senang dengan anda mengklik informasi ini, berarti anda peduli dengan keberadaan blog ini, saya berharap ini bukan untuk pertama kalinya anda mengunjungi blog ini. Mudah-mudahan blog ini bermanfaat.

Sekilas Pesan

Belajar dan belajar sampai bodoh kembali. Tdk menginginkan org lain kecewa krn tingkah ku. Menabur kebaikan akan menuai berkah. Jadi tdk menabur angin agar tdk menuai badai.(' ',)