30 Maret 2012 – 15:30
Sore itu saya berjalan sendiri di sepanjang malioboro untuk
mencari toko baju muslimah. Dan ketika itu rasa penat dan dibawah pohon menjadi
tempat peristirahatan sementara. Setelah puas dan kepenatan perjalanan yang melelahkan
itu berangsur hilang, saya pun kembali berjalan menempuh yang di tuju.
Mengetahui suasana malioboro sungguh menyenangkan, yang di mana salah satu
tempat perbelanjaan para pendatang di penjuru dunia. Orang-orang berderet
menjual dengan produk yang sama serta harga yang berbeda. Semua khas
Yogyakarta.
Yang mengherankan, ada seorang yang juga diiringi banyak manusia
yang berusia remaja dengan tampilan yang sangat keren. Mereka seakan menandingi
para pendatang dan penjual di sederetan malioboro, kendati tidak sebanyak
penjual di malioboro itu. Ternyata para remaja itu membuntuti “papro” (para
prostitusi) dengan berbagai tawa dan canda mereka. Salah satunya bernama Dina
pros, si Din, sehingga terkenal dengan sebutan Dina Prostet. Rupanya wanita ini
sangat terkenal di tempat-tempat prostitusi yang ada di Yogyakarta, bahkan dia
pernah bergelut lama di dolly Surabaya.
Lelah terasa lagi! Saya pun beristirahat sambil membeli air
mineral. Lalu wanita itu menghampiriku dengan memanggilku hai “washol” (wanita sholeha).
Awalnya saya terkejut dengan panggilan itu, karena dia hanya menyingkat
panggilan, beberapa menit kemudian baru wanita itu menyebutkan kepanjangan dari
panggilan itu. Saya pun menyambut panggilan itu dengan ramah seraya
menyingkapkan dengan tersenyum.
“Iya mba! Aku pun menyambut panggilannya.” Kami lama
ngobrol, wanita itu sempat bercerita tentang dirinya, dan tujuannya berjalan di
sepanjang malioboro untuk mencari orang yang bisa ikut bersamanya (mobilisasi massa). Katanya, apa yang aku lakukan juga berat buat hati. Tapi jika
aku tidak bekerja aku tidak bisa makan dan menyekolahkan anak-anakku mba.
Menjadi pelacur adalah solusinya.
Saya heran! Ngobrol lama dengannya, wanita itupun tak menanyakkan
namaku. Dia pun berkata lagi, suatu saat kalau kita bertemu lagi mungkin
kamu adalah orang yang membuat aku sadar dengan pekerjaan hina ini. Saya
hanya tersenyum dan menjadi pendengar celotehannya dengan setia. Dia
melemparkan pertanyaan yang mengangetkanku apa kamu tidak takut aku ajak ke
tempat yang hina itu, kok kamu hanya santai dan tersenyum mengahadapiku mba?
“Ga mba, di lanjuti aja ceritanya, saya akan menjadi pendengar setiamu, sembari
tersenyum..
“Wahai wanita sholeha, dulu aku pernah bersekolah Islam, masih aku
ingat dengan salah satu hadits yang selalu di lontarkan oleh guruku, mudahan
ini tidak salah Aiman bin Nail dari Qudamah bin Abdillah Al-Amiri (putus-putus
sambil mengingat), ia mengatakan, “Aku melihat Rasulullah pulang dari melakukan
wuquf di Arafah dengan menunggang onta kelabu. Ketika itu beliau tidak pernah
menyingkirkan manusia untuk mendapat jalan, tidak juga mengatakan, minggir,,
minggir..” Wahai wanita sholeha, “kata wanita itu lebih lanjut, “bepergianmu
dengan sikap yang ramah dan rendah hati adalah lebih baik dari pada dengan sikap
congkak dan sombong”.
Mendengar ucapan wanita itu, kehalusan perasaan hati tersentuh!
Betul kata Prof. Nur Syam bahwa kita tidak bisa menilai seseorang dari luarnya.
Kita harus tau dunianya dengan cara berdialog, sehingga kita mengerti dan
mengajaknya ke hal lebih baik. Kesempatan hening tersebut malah saya pergunakan
untuk mendulung kenikmatan rohani yang lebih dalam lagi, hingga saya pun
mengatakan, “tambahkanlah nasihatmu itu mba, pasti masih banyak lagi kamu ingat
dari pelajaran dahulu”.
Aku sanggupi dan terima tantanganmu mba, “kata wanita jalang itu”.
“Jika saja seseorang itu diberi kekayaan yang cukup dan memiliki
wajah tampan, kemudian dia bersedekahkan hartanya itu, disamping menjaga
ketampanannya agar tidak terjatuh dalam kemaksiatan, sikap demikian itu akan di
tulis Allah sebagai orang-orang yang penuh kebajikan dalam buku catatan amal
yang ada di sisi-Nya”. Dari hasil kerjaku, aku bersedekah juga mba. Apa lagi
ini tar lagi puasa mba,
‘kata wanita itu dengan santainya”.
“Betapa bagus nasihatmu itu! Sedikit aku hanya ‘mengetes’nya
memberikan santunan pada wanita itu. Seketika itu pula dia berkata, “kembalikanlah
harta ini pada orang yang memilikinya mba, aku tidak membutuhkan uluran
tanganmu mba,” begitu wanita itu menolak dengan sopannya.
“kalau begitu jika kau mempunyai tanggungan hutang yang belum
terbayarkan, akan saya lunasi hutang itu, tawarku yang kedua kalinya!
Wahai ‘washol’,
aku masih ingat cerita guruku “para ulama telah mengatakan bahwa melunasi
hutang dengan hutang (hanya dengan kata-kata dan janji sebelum ditunaikan) itu
menurut mereka tidak sah, tidak pula di perbolehkan,” sahut wanita itu kembali.
Kalau begitu, saya akan mentraktir kamu makan apa yang kamu mau.
Seketika itu dia berkata lagi, wahai ‘washol’,
“engkau dan aku merupakan keluarga Allah. Dengan demikian akan mustahil jika
Dia selalu teringat kepadamu, sedangkan aku dilupakan-Nya begitu saja.”
Lanjutnya lagi “aku suka sama kamu washol, tidak menghindari aku begitu
saja, kalau tadi kamu fanatik dengan agamamu mungkin malah menantangku
mengajakmu ke lembah hitam itu. Tapi karena kamu hanya diam dan senyum hatiku
juga tergugah ingin ngobrol banyak denganmu. Dari dulu aku ingin berbagi cerita
tentang diriku, hanya setiap orang selalu menganggapku salah dan sampah, aku
yakin suatu saat kamu menjadi orang sukses washol.” (wanita itu tak
hentinya memujiku dengan senyuman dan gayanya yang menguraikan rambutnya).
Mendengar kalimatnya aku heran dengan wanita itu. Masih
bertanya-tanya! Dia sangat cerdas, dan dia pun sadar dengan apa yang dia
lakukan. Hanya sempat dia bercerita bahwa sudah beberapa kali dia berkeliling
mencari pekerjaan halal tapi tak ada satupun tempat menerimanya. Pelacur
menjadi pekerjaannya walaupun itu hina di mata orang-orang dan di hadapan Allah
SWT.
Saya pun ingin melanjutkan tujuanku, takut kemalaman dan langit
sudah tampak gelap menandakan mau turunnya hujan! Wanita itupun menunggu
jemputan germonya. Sampai akhir cerita pun dia tak menanyakan namaku. Aku
pamitan! Dari kejauhan dia berteriak, “suatu saat aku percaya kita bertemu lagi ditempat yang sama dan aku aka berubah sepertimu”. Aku tersenyum melambaikan tangan dan mengacungi jempol buatnya.
Saya garuk-garuk kepala aja setelah membaca tulisan ini... dan juga penggunaan istahmu pada kalimat ini;
BalasHapusAku sanggupi dan terima tantanganmu mba, “kata WANITA JALANG ITU”
buat saya ngakak guling2... :D.. no sensor itu sexy.. :P
sya punya teman dulunya kerja sbg PSK di Jln nusantara MKS, namax susan. sya akrab dgn dia, bahkan setiap sya mampir dikosanx dia selalu memberi nasehat2 bahkan seringkali menceramahi sya. ceritax hampir sama seperti yg diatas...masalah ekonomi yg buat dia menjadi PSK. tpi semangatx untuk berHIJRAH sngat luar biasa, klw sya main kekosanx dia selalu bertax ttng skill sya, dgn gaya sya yg sering bercanda dan selngean sya beri dia beberapa skill yg sya anggap hax sbg lelucon. tpi dia amalkan, Alhamdulillah kabar terbaru sya dengar dia sdh memiliki suami dan kerjaanx skrng menjaul pakaian muslimah.:D
BalasHapus